Suatu malam di sebuah ruas jalan ibukota…
Polisi: “Assalamu ‘alaikum… Selamat malam, bapak-bapak. Mohon maaf sebelumnya karena saya terpaksa memberhentikan motor bapak..”
Pengendara: “Wa alaikum salam. Ada apa pak?”
Polisi: “Boleh saya tau kenapa bapak berdua tidak menggunakan helm di jalan seperti ini?”
Pengendara: “Kami mau menghadiri pengajian, pak. Bapak bisa lihat peci yang kami pakai.” (pasti mau malak lagi nih….)
Polisi: “Sebelumnya maaf. Saya yakin bapak berdua punya niat yang tulus dan bersih untuk menghadiri pengajian. Saya juga yakin bapak sudah membersihkan batin, sudah berdoa, dan mungkin juga bersuci sebelum berangkat. Tapi… bapak-bapak belum menyempurnakan ikhtiar. Memakai helm memang tidak wajib dalam hukum Islam, tapi itu kan adalah salah satu wujud ikhtiar bukan pak?… mudah-mudahan bapak setuju… Bapak punya helm kan di rumah?”
Pengendara: “Niat kami baik, pak. Insya Allah kami sudah tawakkal kepada Allah.. Allah tentu akan melindungi kami”
Polisi: “Bapak yakin? Kalau saya potong tali rem bapak bagaimana?”
Pengendara: “Itu artinya bapak mencoba mencelakai saya…”
Polisi: “Berarti..dengan tidak memakai helm, bapak sudah mencoba mencelakai diri bapak sendiri? Bapak harusnya lebih tau daripada saya… kalo Rasul selalu mengutamakan keselamatan di mana pun beliau berada. Asal bapak tau saja…angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas di Jakarta ini…sangat tinggi… hampir sama dengan angka kematian dalam sebuah perang! Memang seperti itu, pak… berkendara di Jakarta adalah perang. Nabi selalu menggunakan perlengkapan lengkap ketika berperang…beliau melindungi tubuhnya untuk mengurangi risiko terluka… Sementara bapak? Membiarkan kepala bapak tidak terlindungi sementara pelindung kepala bapak tersimpan rapi di rumah?… Jika ikhtiar belum sempurna, belum pantaslah disebut tawakkal… bukan begitu pak?”
Pengendara: “….”
Polisi: “Saya tidak akan menilang bapak kok. Saya cuma mau tau kenapa bapak-bapak tidak konsisten?… Bapak mempunyai hati yang lurus, niat yang tulus, tapi… seandainya bapak meninggal dalam perjalanan… mungkin bapak berharap bisa menjadi syuhada… Tapi, sepengetahuan saya… para syuhada selalu menyempurnakan ikhtiar mereka….”
*the end*
nb: gambarnya ngga nyambung…