Kesalahan Dalam Membaca Bilangan Desimal

Ini adalah pelajaran yang paling membekas di kepala saya. Saya pertama kali mendengar ilmu ini langsung dari guru matematika saya waktu saya masih di bangku kelas 2 SMP… hmm… itu kira-kira 20-21 tahun lalu.

Saya lupa waktu itu sedang membahas tentang apa… yang jelas bukan tentang bilangan desimal. Nah, di sesi pelajaran itu, si ibu guru meminta seorang siswa membacakan sesuatu – entah itu soal atau bacaan – yang ada di buku dan diperdengarkan ke seisi kelas.

Pada saat siswa tersebut membaca angka desimal, si ibu guru langsung memotong dan mengoreksi cara baca si anak tersebut.

desimal

Si anak membaca angka (misalnya) 8,35 dengan sebutan “delapan koma tiga puluh lima”. Langsung diralat oleh bu guru, seharusnya yang benar adalah “delapan koma tiga lima”… ngga pake kata “puluh”.

Ini beberapa poin terkait cara membaca bilangan desimal yang benar.

  • Angka belakang koma itu bukan menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, dll… jadi, salah total kalo dibaca menggunakan kata “puluh”, “ratus”, “ribu”, dst.
  • Angka 8,35 dan 8,350 dua-duanya sama nilainya. Misalnya kalo dibaca “delapan koma tiga puluh lima” dan “delapan koma tiga ratus lima puluh”… jadi beda nilainya. “Tiga ratus lima puluh” lebih besar daripada “tiga puluh lima”… jadi 8,350 > 8,35 … ??? (ngawur)
  • Jadi, angka di belakang koma dibaca sesuai dengan urutannya:
    • 0,002 dibaca “nol koma nol nol dua
    • 0,020 dibaca “nol koma nol dua nol” (bukan “nol koma nol dua puluh”)
    • 0,100000 dibaca “nol koma satu nol nol nol nol” (bukan “nol koma seratus ribu”)

Kenapa saya menulis ini? Karena dulu – waktu masih rajin nonton berita di TV – hampir semua news anchor yang kebetulan saya tonton, salah ketika menyebutkan angka desimal ini. Coba deh kalo udah berita ekonomi, atau pas lagi bahas bursa saham… perhatikan cara bacanya. Smile Saya ngga tau jaman sekarang, mungkin udah ada perbaikan.. udah lama ngga nonton TV sih.. Open-mouthed smile

Kalo dipikir-pikir, mungkin mereka – yang selama ini salah membaca – mencoba mengadopsi cara baca bilangan desimal dari bahasa Inggris. Oke… coba.. misalnya 8,35 kalo dalam bahasa Inggris dibaca apa?

Ada beberapa cara bacanya, misalnya yang paling sering ditemui:

  • Eight and thirty five hundredths
  • Eight point three five

Kalo 35 mau dibaca sebagai “tiga puluh lima” atau “thirty five”, harus diakhiri dengan level tingkatan yang terbesar.. contoh kasus di atas per-seratus (hundredths). Jadi, seharusnya, kalo mau ikut cara ini, 8,35 dibaca sebagai “delapan dan tiga puluh lima per seratus”… itu benar.

Contoh lain 0,0002 dibaca “two ten thousandths” (dua per sepuluhribu), lebih baku lagi “zero and two ten thousandths”, tapi nol di depan lebih sering diabaikan pengucapannya.

Nah.. kalo koma-nya mau dibaca… yaaa sama juga seperti cara yang kedua di bahasa Inggris… pake kata point diikuti oleh masing-masing angka yang mengikutinya. Smile.

0,0002 biasa dibaca “point o o o two” atau “point zero zero zero two”… nol di depan boleh disebutkan boleh juga tidak disebutkan. Tapi ini (mengabaikan pengucapan nol) ngga lazim kalo di bahasa Indonesia. Nol itu tetap harus dibaca… jadinya “nol koma nol nol nol dua”.

Jadi… jangan salah sebut lagi ya kalo baca bilangan desimal.

Tidak Menyentuh Komputer Selama 3 Hari

Sama sekali ngga menyentuh mouse dan kibor, ngga menatap layar monitor komputer. Itu adalah salah satu keajaiban Open-mouthed smile Soalnya selama ini, hampir  setiap hari selalu saya sempatkan untuk duduk di depan komputer walaupun itu cuma 5 menit. Tapi… 3 hari terakhir ngga sama sekali tuh. Open-mouthed smile Padahal saya berada di rumah, ngga ke mana-mana pun.

Mengintip layar kibor yang udah off pun ngga. Apa pasalnya?

Biasa… penyakit jelang lebaran… cuti. Open-mouthed smile Bukan saya yang cuti, tapi asisten rumah tangga. Alhasil, pekerjaan rumah tangga pun diambil alih oleh kami. Bukannya ngga punya waktu luang… tapi waktu luang itu kami pake buat istirahat atau yaaa sekedar menghibur diri, baca buku, dll… yang jelas bukan di depan komputer. Open-mouthed smile Open-mouthed smile

Baru detik saya bisa duduk di sini. Dan apa yang saya lakukan pertama kali? Betul!! Nulis di blog.

Hoahaha…

Masalah xmlrpc.php Pada WordPress Kelar

Akhirnya… alhamdulillah.

Setelah berbulan-bulan berjibaku dengan masalah xmlrpc.php di website sebelah (duniatekniksipil.web.id), ternyata solusinya cuma gitu… hubungi technical support penyedia hosting-nya.

Yaelaaa… Shifty cape deh

Jadi, file itu pernah merasa “diserang” oleh pihak luar (baca: hacker) yang coba menyusup mempublish postingan secara otomatis dari luar. Itu dilihat dari adanya percobaan melewati file itu secara bertubi-tubi. Padahal… itu dari saya sendiri. Saya lupa, kayaknya memang pernah coba publish berkali-kali (karena koneksi lagi jelek atau apa… lupa), jadinya saya dianggap mau menyerang website itu. Akhirnya file xmlrpc.php itu diamankan oleh si server hosting. File itu masih ada di sana (file manager), tapi diblokir aksesnya.

Baru tadi kayaknya file itu dibebaskan kembali. Hehehe…

Yang penting sekarang bisa lebih rajin lagi posting di sana.

Sekilas Tentang Kondisi Lalu Lintas BSD City

Setelah heboh dengan traffic light (TL) BSD Plaza (ex Bundaran BSD) yang justru membuat parah kondisi lalu lintas di sana, ngga etis rasanya kalo cuma bisa protes dan mengkritik tanpa ada saran maupun usulan mengenai solusinya. Saya terpanggil untuk sharing tentang kondisi lalu lintas di sana dari segi engineering (rekayasa). Masalah tata kota memang ngga sekedar faktor teknis, banyak juga aspek non-teknik dan sosial yang terlibat, tapi karena itu bukan bidang saya, jadi saya ngga bisa bicara apa-apa tentang aspek-aspek non-teknis tersebut.

Solusi untuk traffic problem di sepanjang jalan utama BSD – Tangerang sebenarnya  ngga begitu rumit. Ngga serumit kondisi lalu lintas di kota-kota satelit lainnya seperti Depok, Cibubur, dan… yang satu itu… maaf… ngga tega nyebutnya…Bekasi. Serpong especially BSD, bisa dibilang yang paling nyaman kondisi lalinnya. Hehe… ngomong memang enak ya?

Tapi biar sama-sama enak, mari kita bahas pelan-pelan.


Teorinya Dulu

Sebelum masuk ke permasalahan, kita lihat teori dasar dulu tentang traffic engineering. Fungsi jalan adalah mengalirkan kendaraan se-optimal mungkin. Apa parameternya sehingga dikatakan optimal? Kecepatan tinggi kah? Ramai lancar kah? Bebas hambatan kah?

Ada 3 variabel yang menunjukkan kapasitas jalan: kecepatan kendaraan ( v ) , arus kendaraan ( A ), dan kerapatan / kepadatan jalan ( D ).

Hubungan ketiganya bisa dilihat di grafik di bawah.

image image

Vo itu adalah kecepatan optimum yang bisa mengalirkan kendaraan paling banyak dalam selang waktu tertentu. Kondisi realnya ngga akan semulus grafik di atas. Bisa saja kondisi peak-nya ngga simetris.

Atau… kalo mau kita gambarkan kondisinya bisa dibagi 3 sebagai berikut:

1. Kondisi Lengang atau Sepi

image

Sesuai gambar di atas, walaupun kecepatan bisa mencapai maksimal, tapi arusnya kecil. Misalnya, kalo mau pakai angka, kita ambil saja contoh, arus kendaraan di kondisi ini sekitar 200 satuan kendaraan per jam, atau… dalam waktu satu jam ada kurang lebih 200 kendaraan yang melintas. Kalo mau konversi ke menit, berarti sekitar 3-4 kendaraan per menit. Sangat sepi.

Kerapatannya juga rendah, alias renggang, lengang, sepi. Dengan kecepatan rata-rata misalnya 100 km/jam, kerapatannya bisa diperkirakan sekitar 2 kend per km (tinggal bagi aja, 200 kend/jam dibagi 100 km/jam, hasilnya 2 kend/km). Artinya dalam jarak 1 km ruas jalan, hanya diisi oleh rata-rata 2 kendaraan.

2. Kondisi Optimal

image

Pada kondisi ini, arus mencapai maksimal. Kalau istilah lazimnya kita kenal dengan sebutan ramai lancar. Ramai, tapi kendaraan bisa melaju dengan lancar tanpa hambatan. Kecepatan kendaraan pada kondisi inilah yang disebut kecepatan optimal, kita tulis saja Vo. Rata-rata, nilai Vo ini bervariasi untuk tiap-tiap jalan, sesuai dengan jenis dan fungsinya. Untuk jalan kota, angka optimal ada di 60 – 80 km/jam. Jadi, jika anda berkendara di ruas jalan tertentu dengan kecepatan tersebut, bisa jadi itulah kondisi optimalnya. Semakin tinggi kelas jalan, semakin tinggi Vo-nya. Jalan tol misalnya, Vo nya berkisar antara 80-100 km/jam, itu yang sering kita lihat di tepi jalan tol bukan? Smile

Jika ada kendaraan yang kecepatan maksimumnya ngga bisa melampaui Vo, maka kendaraan itu berpotensi menimbulkan antrian di belakangnya. Contohnya truk atau kendaraan yang memang sengaja berjalan lambat padahal kondisi jalan lagi sepi. Ini sering sekali ditemui.

3. Kondisi Macet

image

Jelas pada kondisi ini kecepatan kendaraan ngga bisa tinggi-tinggi. Malah paling parah ya berhenti. Sering kita dengar di beberapa ruas yang mengalami macet, rata-rata pergerakan kendaraan ngga lebih dari 10 km/jam. Walaupun padat atau kerapatannya tinggi, tapi arusnya kecil. Jalan itu hanya bisa melewatkan sedikit kendaraan. Coba lihat grafik warna biru di atas. Semakin tinggi kerapatan, justru arusnya mengecil.

Continue reading “Sekilas Tentang Kondisi Lalu Lintas BSD City”