Kehilangan satu sosok panutan lagi…
Pak Asri (Drs. H. Asri Marhaban), begitu kami mengenalnya sewaktu beliau mengajari kami mata pelajaran matematika di bangku SMU.
Bagi saya pribadi, dia adalah salah satu idola. Saya mengagumi beliau dalam banyak hal.. terutama ilmunya yang luar biasa. Beliau tidak banyak basa-basi, tapi kalau sudah berurusan dengan materi yang beliau kuasai, beliau memberikan pengalaman dan pelajaran yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Sebuah tantangan baru. Cara berpikir yang keren, luar biasa. Beliau hanya sedikit mengajarkan apa yang ada di buku. Karena apa yang ada di buku, itu bisa dibaca dan dilatih berulang-ulang di rumah. Mungkin itu yang ada di pikiran beliau.
Beliau lebih banyak memberikan kami challenge, mendorong kami untuk mengeluarkan kemampuan kami, beyond the limit. Yah.. paling tidak itu yang saya rasakan… sebagai orang yang mungkin terlahir dengan tagar #matematika sejak kecil.
Salah satu materi yang pernah beliau ajarkan dan sangat berpengaruh terhadap keadaan saya sekarang adalah tentang Logika Matematika. Dengan bekal ilmu itu, saya menemukan passion baru di masa-masa berikutnya… Bahkan sampai sekarang..
…
Di luar kelas, beliau tidak banyak bicara. Sabar. Murah senyum. Misterius.
…
Saya sering menjadi “penumpang” beliau. Literally penumpang. Dengan Kijang merahnya, saya sering nebeng pulang bareng beliau. Tentu saja bertiga sama anaknya – Rifai – yang juga sudah menjadi seperti saudara.
Suasana di Kijang merah itu selalu sama… si anak duduk di depan, saya di bangku deretan tengah, diiringi lantunan lagu-lagu Pure Saturday, Netral, Slank, atau kaset apa saja yang ada di situ. Dan.. sepanjang perjalanan hampir tidak ada obrolan di dalam mobil itu. Sang ayah dan anak hanya sesekali berkomunikasi, selebihnya… hening.