Ketinggalan Handphone… Problem?

Lebih baik ketinggalan dompet daripada ketinggalan hape”, itu kata sebagian besar orang. Saya ngga bisa memahami apa maknanya. Apakah handphone memang lebih berharga daripada dompet? Apakah handphone memang lebih berguna daripada dompet? Kalo kita mau selidiki lebih jauh, memang pernyataan tersebut hampir ada benarnya bagi sebagian besar orang. Apa saja alasannya? Simak..

image

  1. Dompet mereka hampir ngga ada isinya (baca: isi = uang). Uang masih bisa minjem teman, tapi kalo mau sms, nelpon, atau pake handphone orang lain, kayaknya agak malu. Itu karena handphone sudah menjadi barang yang bersifat pribadi… yaaa udah kayak seperti (maaf), pakaian dalam.
  2. Handphone lebih banyak digunakan untuk mengisi waktu-waktu “mati”. Misalnya waktu naik lift. Coba perhatikan, hanya ada 4 aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh orang di dalam lift: 1) ngobrol (entah sama teman atau lewat handphone), 2) mengamati dengan seksama pintu, tombol, atau penunjuk lantai, 3) melamun, dan yang ke-4) mengutak-atik handphone, entah itu beneran atau sekedar spekulasi biar nggak mati gaya. Saya belum pernah mengamati orang yang sengaja mengutak-atik isi dompet pada saat di dalam lift. Kecuali kalo lift berbayar, mungkin beda ceritanya. Pada saat mau keluar lift, pasti ada orang yang merogoh dompet untuk mencari uang buat bayar lift.
  3. Kalo memang kepepet ngga ada uang, hape bisa dijual, digadaikan, atau dijadikan barang jaminan. Ini kisah nyata. Saya punya seorang teman (mudah-mudahan dia ngga baca blog ini). Dia pernah mengendarai motor dan kena tilang karena alasan yang abu-abu (baca: nggak jelas). Dia paling malas ngasih setoran ke polisi. Akhirnya dia “nitip” handphonenya ke petugas waktu itu. Dia memang ngomongnya nitip handphone sebagai barang jaminan, karena dia mau pulang untuk ambil duit dan surat-surat yang diminta, nanti kembali lagi. Entah mungkin petugasnya yang agak gimana ya… ngga tega saya nyebutnya… petugasnya mau aja nerima handphone tersebut. Padahal si petugas ngga tau kalo handphone itu sudah sekarat, hapenya udah setengah mati, yang make juga setengah mati. Wajar aja kalo teman saya dengan senang hati meyumbangkan handphone tersebut.

 

Kayaknya masih banyak alasan kenapa handphone lebih berharga daripada dompet. Masalahnya bagi saya sendiri kayaknya itu ngga berlaku. 😀 Hari ini saya ketinggalan semua perangkat komunikasi yang ada. Tapi, itu bukan masalah besar… saya masih bisa nulis di sini… 😀 Masih bisa makan siang… Kalo mau komunikasi, masih bisa pake email atau telepon (fixed line).

Yang bikin pusing cuma satu… saya harus mikir strategi apa yang harus saya lakukan biar nggak mati gaya di dalam lift.

Silahkan...